Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Peran Media Sosial Sebagai Sarana Promosi Menjaga Kesehatan Mental

pixabay


Peran Media Sosial Sebagai Sarana Promosi Menjaga Kesehatan Mental. Tahun 2020 merupakan tahun dimana virus Covid-19 mulai menyebar di segala penjuru dunia termasuk Indonesia. Bermula sejak akhir Desember 2019 dari Kota Wuhan, China melaporkan terdapat 27 orang menderita penyakit serupa pneumonia dengan gejala demam dan kesulitan bernapas.  Kemudian pada tanggal 5 Januari 2020 terdapat 44 kasus pneumonia berat kepada WHO (World Health Organization). WHO memberi nama virus baru 2019 tersebut dengan novel coronavirus  (2019-nCoV) pada tanggal 12 Januari 2020 yang resmi diubah kembali menjadi penyakit coronavirus 2019 (CoVid-19) pada 11 Februari 2020.

Pada penelitian selanjutnya penyebab virus corona masih memiliki hubungan dekat dengan penyebab Acute Respitatory Syndrome (SARS) dan juga MERS-CoV.  Setelah munculnya kasus pertama di China, virus corona semakin menyebar hingga ke 199 negara. 

Virus corona masuk ke Indonesia pada bulan maret dengan jumlah kasus yang semakin meningkat hingga saat ini karena munculnya berbagai jenis virus corona baru. Sejak munculnya kasus coronavirus di Indonesia, pemerintah mulai melakukan berbagai upaya untuk mencegah rantai penyebaran virus. 

Upaya  tersebut diantaranya dengan mengeluarkan peraturan untuk memakai masker, cuci tangan, menggunakan disinfektan dan handsanitizer, pshycal distancing dan juga pembatasan kegiatan sosial. Pada saat pandemi seperti ini berbagai dampak muncul yang mempengaruhi aktivitas masyarakat di Indonesia.  Dampak tersebut bukan hanya berpengaruh pada kesehatan fisik semata namun kondisi mental atau psikologis masyarakat juga tertanggu. 

Menurut Brook dkk (2020) mengatakan bahwa masyarakat mengalami beberapa dampak psikologi seperti gangguan stress pasca trauma, ketakutan, kecemasan, insomnia, kebingunan, frustasi dan merasa tidak berdaya.  Fitria (2020) menambahkan bahwa gangguan psikologis yang seringkali dirasakan oleh masyarakat Indonesia adalah  rasa anxiaty jika tertular. Rasa anxiaty yaitu bentuk rasa takut atau risau terhadap sesuatu yang tidak jelas. 

Para ahli berpendapat kesehatan fisik maupun kesehatan mental seseorang harus diperhatikan dan dikelola secara seimbang. Karenanya pada saat seseorang tersebut tidak memiliki mental yang sehat dapat dikatakan terkena gangguan mental.

Terganggunya kesehatan mental seseorang di masa pandemi dapat terjadi dikarenakan kondisi wabah coronavirus yang terjadi tiba-tiba mengakibatkan tekanan terkait dengan masalah perekonomian dan pengangguran. 

Banyaknya karyawan yang ter-PHK membuat rasa putus asa, cemas, kecewa dan perasaan tidak dihargai secara berlebihan yang bahkan dapat memicu seseorang berniat bunuh diri. Kemudian pada aspek sosial, peraturan social distancing mengakibatkan psikologis seseorang dapat terganggu dan menimbulkan rasa stress.

 Misalnya para remaja yang biasanya berkumpul bersama teman-temannya harus berdiam diri di rumah selama pandemi. Hal itulah yang dapat memicu rasa bosan secara terus-menerus yang berakhir pada kondisi yang mengakibat stress. 

World Health Organization (WHO) (2019), mengatakan bahwa stres di masa pandemi Covid-19 yaitu perubahan pola makan  dan pola tidur yang tidak teratur, sulit berkonsentrasi dan tidur, kecemasan dan ketakutan akan kesehatan orang lain yang disayangi,  penyakit kronis atau gangguan psikologis.

Perkembangan teknologi dan informasi di era 4.0 menjadi salah  satu faktor dalam terganggunya kesehatan mental bagi masyarakat salah satunya yaitu media sosial. Media sosial didefinikan  sebagai media online yang penggunanya dapat dengan mudah berpartisipasi, berbagi, serta menciptakan isi meliputi blog, jejaring sosial, wiki, forum dan dunia virtual lainnya (Antony Mayfield, 2008).

Mudahnya akses informasi yang beredar dalam media sosial dapat  memuat berbagai berita fakta maupun hoaks. Berita hoaks inilah yang dapat menimbulkan ketakutan dan kecemasan secara berlebih pada masyarakat di masa pandemi. Pada fase seperti inilah masyrakat dituntut bijak dalam menggunakan media sosial. Tidak hanya menelan mentah-mentah informasi yang ada sehingga dapat menjadi boomerang bagi diri sendiri apalagi di masa pandemi covid-19.

Terlepas dari dampak negatif media sosial terhadap gangguan mental seseorang, media sosial juga dapat memiliki sisi positif apabila dimanfaatkan sebijak mungkin, contohnya menggunakan media sosial sebagai promosi kesehatan mental. 

Menurut WHO promosi kesehatan adalah kegiatan untuk menciptakan kondisi lingkungan yang mendukung seseorang dalam melakukan penyesuian gaya hidup sehat (Reilly et al, 2018). Sekarang ini banyak kegiatan yang dilakukan untuk mempromosikan kesehatan mental melalui media sosial. Kegiatan seperti ini diadakan oleh berbagai lembaga pendidikan maupun lembaga sosial.

Para mahasiswa juga berperan aktif dalam menjadi bagian dalam membangun dan/atau menjaga kesehatan mental selama masa pandemi. Misalnya program QualityTine yang digagas oleh mahasiswa kedokteran UI,  program ini merupakan rangkaian acara dan layanan yang bertujuan menjaga kesehatan mental sekaligus membantu dalam upaya pencegahan penyebaran Covid-19. Disusul oleh berbagai universitas lainnya yang menjadi bukti nyata bahwa mahasiswa berperan aktif menjadi bagian aksi promosi kesehatan di masa pandemi. 

Program dalam aksi promosi kesehatan mental tersebut diinformasikan dalam bentuk layanan antara lain adalah  webinar, campaign, berbagai lomba seperti poster, layanan publikasi instagram, blog, twitter dan media sosial lainnya, dan konsultasi yang dapat diikuti oleh semua masyarakat secara umum.  Melalui layanan seperti ini masyarakat diberi pengetahuan secara lebih dalam mengenai apa itu kesehatan mental. Kemudian bagaimana cara atau strategi dalam menjaga kesehatan mental di masa pandemi. Hal inilah menjadi bukti seberapa potensial media sosial dalam mendukung upaya mengurangi masalah gangguan mental pada masa krisis akibat wabah virus corona.

 Gangguan mental merupakan salah satu permasalahan yang timbul akibat dampak pandemi covid-19. Salah satu gangguan mental yang sering dialami oleh masyarakat indonesia adalah  rasa ketakutan dan kecemasan yang berlebih terhadap virus corona. Faktor yang mempengaruhi kondisi tersebut diantaranya adalah tidak terbatasnya informasi di internet terkait pandemi covid-19, yang mana tidak semua informasi yang di publikasikan hanya mencakup fakta namun juga berupa hoaks.

Berita hoaks inilah yang menjadi problem utama yang mengakibatkan gangguan kecemasan dalam diri seseorang. Namun internet termasuk media sosial di dalamnya juga merupakan sarana potensial yang dapat dijadikan sebagai media untuk memberikan edukasi maupun promosi terkait kesehatan mental. Hal ini dikarenakan media sosial sudah seperti menjadi kebutuhan dalam hidup seseorang. 

Seseorang mampu bertahan lama berselancar mengakses apa saja yang ada pada media sosialnya. Upaya promosi kesehatan mental dapat dilakukan oleh siapa saja dan lembaga apa saja dengan mengadakan kegiatan dengan tema kesehatan mental di  dalamnya. Kegiatan tersebut dapat berupa webinar, campaign, challenge dan layanan publikasi lainnya seperti konten di youtube, instagram dan sebagainya.

Sumber Referensi :

Fitria, L. (2020). Cognitive Behavior Therapy Counseling Untuk Mengatasi Anxiety Dalam Masa Pandemi Covid-19. ALIRSYAD, 10(1)

Lalu, Sulaiman dan Nasrullah (2021). Analisis Pengaruh COVID-19 Terhadap Kesehatan Mental Masyarakat di Indonesia. e-journal undip

Reilly, M. O., Svirydzenka, N., Adams, S., & Dogra, N. (2018). Review of mental health promotion interventions in schools. Social Psychiatry and Psychiatric Epidemiology, 53(7), 647–662.  https://iptek.its.ac.id/index.php/jsh/article/download/6529/4834

WHO. (2020). Mental health and psychosocial considerations during the COVID-19 outbreak, 18 March 2020: World Health Organization. Google Scholar

Tetap simak informasi menarik lainnya di onebizz.my.id dan Terimakasih

Alive
Alive Alive, seorang yang ingin mengexplore banyak hal...

Posting Komentar untuk "Peran Media Sosial Sebagai Sarana Promosi Menjaga Kesehatan Mental"