Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Strategi Menangkal Radikalisme Melalui Pendidikan Aswaja KeNUan

 


Strategi Menangkal Radikalisme Melalui Pendidikan Aswaja KeNUan. Indonesia merupakan salah satu negara dengan banyak perbedaan baik ras, suku, bahasa, budaya, dan agama. Meskipun begitu tidak membuat perbedaan tersebut sebagai sumber memcah belah kerukunan. Dengan masyarakat yang mayoritas islam, Indonesia dikenal sebagai negara yang damai dan ramah serta menjunjung tinggi nilai toleransi sesama umat manusia. Namun, tidak serta merta ajaran agama Islam yang satu dengan yang lainnya sama secara keseluruhan dikarenakan sebagian masyarakat Indonesia juga masih mempercayai ajaran nenek moyang sebelum agama Islam itu sendiri masuk ke Indonesia sehingga terjadilah akulturasi budaya antara ajaran Islam dengan ajaran nenek moyang. Akulturasi kepercayaan tersebut telah ada sejak masa walisongo yang dahulu membawa ajaran Islam di nusantara. Hal itu pula yang menjadikan beberapa kelompok tidak setuju atau menentang budaya dan tradisi Islam di Indonesia yang telah dirintis sendiri oleh walisongo dalam mengajarkan agama Islam secara bertahap.  

            Akhir-akhir ini banyak berkembang aliran, sekte dan madzhab baru dengan mengatasnamakan Islam. Kelompok tersebut mengatakan bahwa mereka berpegang teguh dengan Al Qur’an dan Hadist nabi saja, sehingga apapun yang tidak sesuai dengan ajaran mereka dinamakan sesat dan bid’ah. Parahnya, mereka dalam memahami AlQur’a dan hadist nabi hanya secara tekstual melaui teks terjemahan kitab hadis dan Al-Qur’an tanpa mengetahui isinya/maknanya lebih dalam. Hal itu tentu melahirkan faham-faham salah yang menyebabkan diskriminasi. Kemudian berdampak kepada sikap ant sosial mereka yang berlebihan dan mengakibatkan gerakan radikalisme. Yang mana, gerakan ini dikhawatirkan memecah belah kerukunan yang akhirnya membawa ncitra buruk Islam sebagai agama yang penuh kasih sayang dan rahmatan lil ‘alamainSebagai seorang mahasiswa tentu tidak asing lagi dengan yang namanya radikalisme. Namun, seringkali tidak mengetahui arti maupun makna radikalisme itu apa secara mendalam.

            Radikalisme secara bahasa yaitu radikal memiliki arti menyeluruh, amat keras dalam menuntut perubahan baik itu undang-undang, pemerintah,dll. Sedangkan dalam bahasa inggris radikal memiliki makna fanatik, revolusioner dan ekstrim. Radikalisme merupakan paham yang mengikuti pola berpikir radikal dalam berpolitik.1 Kemudian secara istilah, radikalisme agama adalah sebuah perbuatan yang menyalahi aturan atau syariat agama, menyetujui atau mendukung dalam mengubah suatu hal sosial melalui tindakan yang melanggar syariat, dan juga berbuat keras dalam hal pertikaian dua pihak2. Radikalisme dalam agama Islam sendiri pertama kali muncul sejak zaman khulafaurrasyidin sayyidin Ali bin Abi Thalib bermula dari kelompok khawarij. Fenomena Radikalisme seringkali muncul dengan perbuatan anarkis dan tidak manusiawi. Bahkan, oknum-oknum radikal melakukan aksinya dengan mengatasnamakan agama. Ironisnya ada beberapa kelompok diantara mereka berdalih dengan fatwa “jihad fii sabilillah”. Padahal bisa saja mereka hanya memaknai jihad di jalan Allah tanpa tahu ilmu dasarnya.

Baca Juga : Peran Media Sosial Sebagai Sarana Promosi Menjaga Kesehatan Mental

             Kemudian bagaimana seseorang bisa mengetahui gerakan radikalisme tersebut. Ciri-ciri gerakan radikalisme ada lima. Pertama, menjadikan islam sebagai ideologi yang mengatur kehidupan baik individu maupun tata negara. Kedua, cenderung memahami Al-Qur’an dan hadist secara tekstual. Ketiga, langsung mengadopsi nilai Islam Timur Tengah tanpa menyesuaikan dengan perkembangan negara sendiri. Keempat, seringkali berbeda keyakinan dan pendapat dengan pemerintah ataupun masyarakat luas. Kelima, menolak ideologi selain ideologi Timur Tengah. 3Di Indonesia sendiri kelompok radikal berkembang pesat setelah masa orde baru tumbang. Misalnya, kelompok Front Pembeli Islam (FPI), Laskar Jihad,  Jama’ah Islamiyyah, Forum Umat Manusia(FUI), PKI, dll.

            Dapat dilihat beberapa kasus gerakan radikalisme di negara ini yang telah terjadi salah satunya bom bunuh diri. Mereka mengganggap orang-orang kafir  dan orang yang berbuat dosa wajib di bunuh, dengan begitu mereka berharap dapat mati di jalan Allah. Padahal Islam menghendaki betapa pentingnya perdamaian, toleransi antar sesama, menghormati yang lebih tua dan menyayangi yang lebih kecil, ajaran yang sudah dibawa oleh Nabi Muhammad Saw. Oleh karena itu, untuk menangkal radikalisme perlu ada edukasi tentang radikalisme dan solusi untuk menghindarinya, karena dengan pendidikan seseorang mampu membedakan mana mana perbuatan yang baik dan buruk. Salah satunya yaitu dengan belajar tentang aswaja.

Salah satu organisasi yang mempertahankan nilai tradisi dan budaya Indonesia yaitu NU, sehingga banyak yang tidak setuju dengan organisasi tersebut dengan berdalih bid’ah. Nahdatul Ulama adalah sebuah organisasi berfaham Ahlussunnah Wal Jama’ah. Kata Ahlussunnah wal Jama’ah berarti sekolompok golongan yang mengikuti sunnah nabi Muahmmad Saw. Nahdlatul Ulama’ yang berlandaskan Ahlussunnah wal Jama’a, menghendaki dalam hal sosial kemasyaraktan memiliki  landasan pokok yang dapat diterapkan agar tidak terjerumus dalam hal yang bersifat radikal.

            Landasan tersebut yang pertama yaitu tawasuth (moderat). Kedua, tawasuh (toleran). Ketiga, tawazun (seimbang), Keempat, Al-‘Adalah (keadilan). Dan kelima,  amar ma’ruf nahi munkar (mendorong pada perbuatan baik dan mencegah pada perbuatan yang buruk). Oleh Karena itu kelima nilai di atas dapat dijadikan pedoman agar selalu ingat sebelum bertindak sesuatu di luar syari’at, dapat bernilai kritis tehadap realitas, dan dapat menerima suatu perbedaan dengan seimbang,adil dan bersikap moderat. Dengan itu pula seharusnya seseorang dapat belajar dan memahami bahwa kepentingan umum juga perlu diutamakan, ketentraman, ketenangan dan kenyamanan antar sesama menjadi poin penting dalam hal tersebut. Selain itu pula, NU melakukan pendekatan dengan jalur dakwah melalui strategi kontra radikalisasi dan dekaradikalisasi.

 Strategi kontra radikalisasi dilakukan dengan menanamkan nilai-nilai ke Indonesiaan dan non-kekerasan. Upaya  ini dilakukan melalui kerjasama berbagai pihak, baik pendidikan formal maupun non-formal dan juga lembaga di bawah NU. Sedangkan strategi deradikalisasi adalah upaya sistematis untuk membangun kesadaran masyarakat bahwa tindakan fanatisme, fundamentalisme dan radikalisme dapat menjadi gerakan terorisme. Upaya deradikalisasi ini dilakukan dengan pendekatan interdisipliner bagi mereka yang dipengaruhi paham radikal, seperti agama, hukum, psikologi, dan sosiologi. Seperti itulah beberapa strategi yang dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari agar tidak mudah dipengaruhi dengan faham radikal sehingga dapat menciptakan suatu negara yang aman, damai dan sejahtera tanpa adanya tindakan radikal menjadi tujuan umat.


Referensi:

1Dendy Sugono. Kamus Bahasa Indonesia. Jakarta: Pusat Bahasa, 2008.

2JATIM, Tim Aswaja NU Center PWNU. Khazanah Aswaja. Edited by Ahmad Muntaha AM. Surabaya: ASWAJA NU Center PWNU JATIM, 2016.

3Rubaidi, A. Radikalisme Islam, Nahdlatul Ulama: Masa Depan Moderatisme Islam Di Indonesia. Yogyakarta: Logung Pustaka, 2010.

Alive
Alive Alive, seorang yang ingin mengexplore banyak hal...

Posting Komentar untuk "Strategi Menangkal Radikalisme Melalui Pendidikan Aswaja KeNUan"