Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Mengenal Apa ItuToxic Positivity : Positif Yang Tak Selamanya Baik


Hola sobat onebizz

Gimana Kabarnya? How your day?

Kuharap kalian selalu sehat di mana pun kalian berada. 

Dalam hidup pasti seringkali kita merasakan apa itu sebuah "kegagalan" atau mungkin sedang berada dalam fase diuji dengan masalah. Di tengah masalah tersebut kita terus berusaha untuk tetap sehat dan waras (secara mental). Yeahh..Setiap dari kita pasti memiliki cara masing-masing dalam menghadapinya baik dengan menceritakan apa yang kita rasakan kepada orang lain atau justru membuat kalimat-kalimat positif dalam pikiran kita. Akan tetapi pada saat kita berbagi dengan orng terdekat kita dengan kata "Aku lelah", lalu mereka meresponnya

"Ayo semangat, masa segitu aja udah nyerah"

"Sudahlah, semua ini pasti berlalu, percaya deh"

"Kamu harusnya bersyukur, masih ada yang lebih kurang beruntung darimu"

"Ayo Bangkit, semua Pasti baik-baik aja"

Nah respon-respon seperti ini terlihat positif memang tetapi sebenarnya juga dapat bersifat toxic lho, apalagi ketika kamu merasa seolah dihakimi atas masalahmu sendiri.

Kemudian, ketika kita memilih untuk "diam dan memendamnya" cara yang bisa kita lakukan adalah dengan berusaha untuk tetap berpikir positif. Tentunya gak ada yang salah dari semua hal itu. Namun, ketika terlalu berlebihan semuanya malah berakhir gak baik alih-alih membuatmu merasa lebih baik dan tenang. Hal inilah yang dikenal dengan toxic positivity (sikap positif yang menjadi racun).

Pasti udah gak asing lagi dong dengan istilah tersebut. Lalu mengapa sih justru demikian? Yuk kita bahas lebih dalam terkait Toxic Positivity.

Apa Itu Toxic Positivity?

Toxic Positivity adalah sebuah kondisi yang mendorong seseorang untuk menuntut dirinya atau orang lain berusaha keras berfikir dan berbuat positif sehingga menekan emosi negatif yang ingin keluar. Sederhanya kita dituntut untuk selalu berpikir positif pada situasi apapun. Akibatnya sikap positif yang berlebihan itu justru memberikan dampak negatif untuk dirimu sendiri maupun orang lain.

Mengapa demikian? Apabila seseorang terus menerus menekan emosi negatif yang akan keluar ini akan menyebabkan stress berlebihan dan tidak bisa rileks. Sebagai makhluk hidup yang memiliki emosi, ada kalanya kita harus mengeluarkan rasa marah, sedih, kecewa, khawatir bahkan frustasi agar batin tidak selalu tertekan.

Ciri-Ciri Seseorang dengan Toxic Positivity?

Toxic Positivity ini umumnya muncul dari ucapan seseorang. Orang yang demikian inilah seringkali melontarkan petuah yang bersifat positif niatnya baik sih untuk memotivasi tapi rupanya malah justru terdengar merendahkan atau berdampak buruk bagi orang lain. 

1. Memendam dan Tidak Jujur Terhadap  Perasaan Diri Sendiri 

Memaksakan untuk  berpikir positif dan memunculkan sisi positif di hadapan orang lain agar terpengaruh positif justru membuat dirimu sendiri menderita dalam diam. Seolah apa yang kamu tunjukkan tidak sesuai apa yang kamu rasakan. Biasanya ada beberapa faktor yang mempengaruhi seperti takut dinilai lemah, negatif, dan gak asik. Nah kalau sudah seperti itu, kita cenderung menutup diri dan untuk jujur apa yang kamu rasakan aja susah ataupun malu.

Sebuah studi juga mengemukakan bahwa mengekspresikan emosi sekalipun itu merupakan hal negatif, ternyata dapat membantu mengelola respon stress. Sedangkan bertindak seolah-olah baik-baik saja malah meningkatkan kadar stres dalam diri kita. Artinya kita harus berusaha untuk selalu jujur dengan emosi yang sedang dirasakan. dan menerimanya Dengan menekan emosi malah memunculkan kebiasaan buruk dan itu gak baik :)

2. Terkesan Membiarkan Masalah atau Menghindarinya

Seringkali untuk menekan perasaan negatif yang muncul seseorang memiliki kecenderungan bersikap toxic positivity sehingga akan memilih untuk menghindari masalah bukannya mencari solusinya. Hal ini tentu tidak tepat karena dalam hidup pasti kita akan menemui berbagai permasalahan,Semakin sering kita menghindari atau membiarkannya maka akan membuat masalah yang lebih besar.

3. Motivasi yang Cenderung Menghakimi

Pastinya kita pernah dong bercerita tentang sebuah masalah pada orang terdekat kita. Seperti yang sudah kuuraikan di atas mengenai respon seseorang atas apa yang terjadi malah membuat kita seolah yang salah disini. Jika memang begitu, bisa saja temanmu tidak menyadari bahwa dirinya telah melakukan toxic positivity.

Chiu (2020) dalam artikelnya di The Washington Post menyitir seorang psikolog asal Amerika Serikat, Natalie Datillo memandang bahwa "ketika ucapan penyemangat diberikan secara paksa kepada seseorang yang sedang tidak ingin mendengarkan kata-kata tersebut, wajar saja jika yang mendengar kata-kata tersebut rasanya seperti mau muntah."

Motivasi yang cenderung menghakimi ini tidak hanya di ucapkan oleh lain, terkadang pikiranmu juga melakukannya lho..., Lalu, bagaimana sebaiknya kita harus memotivasi diri sendiri atau orng lain tanpa toxic positivity? Kamu bisa mengucapkan hal seperti ini:

" Pasti berat banget ya buat kamu. Gak papa wajar kok kalau kamu sedih"
" Kamu gak sendirian, ada aku kok yang bisa jadi tempatmu bercerita "
" Gak papa nangis aja, supaya kamu lebih baik tapi besok aku pengen liat kamu semangat lagi"
" kira-kira apa yang bisa aku bantu supaya kamu ngerasa lebih baik?" 

Gimana? Keliatan bedanya kan. So, orang jadi ngerasa gak malu lagi buat menerima dan nunjukin emosinya. 

4. Sulit Mengontrol Emosi

Sesorang yang cenderung memendam perasaannya akan bersikap tertutup pada dirinya sendiri sehingga sulit untuk mengungkapkan emosinya. Akibatnya jiwa dan perasaannya menjadi tidak tenang.

5. Membandingkan diri dengan orang lain

Seseorang tanpa sadar seringkali membandingkan lawan bicaranya dengan orang lain agar terlihat lebih baik. Padahal, hal tersebut justu merupakan tindakan yang tidak tepat untuk memotivasi orang lain. Karena akan membuat orang yang bercerita kepadamu merasa rendah diri, menyedihkan karena terlalu mudah menyerah dan tidak berpikir positif seperti dirimu.


Setelah mengetahui apa itu toxic positivity dan ciri-cirinya, kamu harus berusaha untuk tidak melakukan lagi, ya. Ingatlah, bahwa merasa untuk tidak baik-baik saja itu bukanlah suatu kesalahan. Tidak perlu menyembunyikan emosimu, menyangkal kesedihan atau berpura-pura bahagia. Semua orang punya jalan hidup masing-masing dengan warna-warninya tersendiri. Ada kalanya kita dapat merasa marah, sedih, kecewa, lelah, bahagia dan frustasi. So jangan coba ditahan-tahan yha emosinya.. kasihan batinnya tertekan terus :)

Jika kamu merasa terjebak dalam hal toxic positivity hingga merasa kualitas hidupmu terganggu, kamu bisa berkonsultasi dengan psikolog yhaa..

See you di pembahasan part 2

Baca juga : Mengenal Id, Ego dan Super Ego dalam Diri Manusia 

Alive
Alive Alive, seorang yang ingin mengexplore banyak hal...

Posting Komentar untuk "Mengenal Apa ItuToxic Positivity : Positif Yang Tak Selamanya Baik"