Mencari Makna Hidup Dengan Filosofi Nihilisme
Kamu mungkin pernah menanyakan pertanyaan-pertanyaan eksistensial mendalam.
"Untuk apa aku hidup..?"
"Sebenarnya aku ini apa..?"
"Setelah kematian, apakah benar-benar ada alam lain..?"
Pertanyaan tersebut biasanya tidak muncul serta merta. Bisa diawali ketika kamu pernah mengalami kesulitan hidup.
Permasalahan
yang datang seolah menekanmu hingga titik terendah. Kebencian,
keputusasaan, dan kesediaan kamu lihat dan rasakan dimana-mana.
"Jika Tuhan maha adil, mengapa dunia penuh penderitaan??" Begitu katamu.
Kemudian
kamu mencari jawaban. Alternatif yang paling mudah dan dilakukan
mayoritas orang adalah dengan kembali ke jalan Agama. Dalam agama
dikonsepkan adanya sebuah utopia. Tempat dimana segala kecarut-marutan
dunia akan terbalaskan.
Dalam
utopia tersebut, tidak ada lagi kesedihan, kegagalan, keputusaan, dan
penderitaan. Semua yang ada di sana adalah kesenangan, kebahagiaan, dan
apa yang kita inginkan akan terwujud. Sementara bagi beberapa orang
belum puas dengan jawaban tersebut.
Ada
yang masih terus mencari dan terus mencari. Karena menurut mereka ada
kebenaran hakiki yang lebih universal. Kebenaran yang tidak
mengkotak-kotakkan manusia dalam golongan tertentu. Kebenaran yang
berlaku untuk semua orang.
Larilah
mereka ke ranah sains dan filsafat. Mencoba membedah dunia dengan sudut
pandang logis dan kritis. Mereka tidak mau sekedar percaya, namun
menemukan pondasi mendasar atas kepercayaan mereka sendiri. Namun
lagi-lagi mereka tidak menemukan makna.
Justru
yang mereka temukan adalah paradoks-paradoks kehidupan. Kebenaran
kebenaran yang sama benarnya tergantung konteksnya. Mencuri adalah
sebuah kesalahan di mata hukum. Namun ketika mencuri adalah satu-satunya
cara yang bisa dilakukan seseorang, demi mempertahankan hidupnya. Itu
bisa menjadi kebenaran di ranah kebutuhan mendasar manusia.
Pada
ujungnya tidak ada kebenaran yang benar-benar objektif. Semua kebenaran
adalah subjektif karena setiap orang memandang dunia dengan cara
berbeda. Begitupun makna hidup yang selama ini dicari semua orang.
Setiap orang berhak memberi makna pada hidupnya masing-masing.
Kemudian
jika kehidupan ini tidak memiliki makna yang universal. Dimana dunia
memang penuh penderitaan, kesengsaraan, dan kesedihan. Bahwa pada
ujungnya kita semua akan melupakan semua ini ketika mati. Apa yang harus
kita hidupi?? Toh pada ujungnya semua juga tidak berarti.
Inilah
titik puncak sekaligus persimpangan yang dialami seorang nihilis. Bagi
mereka yang memutuskan menyerah karena menemukan jawaban final berupa
kematian. Akan menjadi nihilis pasif yang bersikap destructive,
menyalahan aturan, merugikan orang lain, dan menerobos batas moral.
Kemudian
bagi mereka yang aktif, mereka tetap mencoba menghidupi makna-makna
yang mereka miliki sendiri. Albert Camus seorang filsuf asal Prancis
menerbitkan buku Mitos Sisypus. Dikisahkan seorang raja bernama Sisypus
mendapatkan hukuman dari Dewa.
Hukumannya
adalah mendorong sebuah bola batu besar ke puncak gunung seumur
hidupnya. Ketika batu tersebut sudah sampai puncak, kemudian jatuh
menggelinding lagi. Maka Sisypus akan kembali mendorongnya dari bawah ke
atas terus menerus. Siklus itu berlangsung seumur hidup.
Memang
kehidupan ini tidak memiliki arti. Akan selalu ada penderitaan, namun
ada juga bukan rekah-rekah kecil kebahagiaan?? Mungkin kamu pernah
mengalami masa-masa sulit, kemudian bangkit, dan akhirnya menemukan arti
hidup dan kebahagiaan.
Kemudian
kamu mengalami masa sulit lagi, kehilangan, makna lagi, dan kembali
terus mencari. Bukan kah siklus tersebut mirip Sisiypus? Jika siklus
hidup memang demikian, maka yang perlu kita hidupi bukanlah makna-makna
di masa mendatang.
Tapi
makna yang berlaku saat ini. Kita pasti akan mati dan meninggalkan semua
yang kita miliki. Namun sebelum hal itu terjadi, kita masih memiliki
kesempatan di saat ini.
Sebarkanlah kebaikan, tabur kebahagiaan, dan lakukan yang terbaik mulai sekarang.
Mungkin
kebaikannmu, sumbangsihmu, karyamu akan dilupakan di generasi
mendatang. Ya sudah biarkan.. Tugasmu adalah menghidupi momen sekarang.
Nikmati naik turunnya kehidupan seperti Sisypus mendapatkan hukuman dari
Tuhan.
Semoga bermanfaat
Salam...
Posting Komentar untuk "Mencari Makna Hidup Dengan Filosofi Nihilisme"